Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang
Mempunyai Nama-Nama Yang Paling Baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di
langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Surat
Al Hasyr : 24)
Banyak jenis mata yang berbeda di dunia
tempat kita hidup. Kita sudah terbiasa dengan mata sejenis kamera yang
ditemukan pada makhluk hidup bertulang belakang. Bentuk ini bekerja atas dasar
pembiasan cahaya yang jatuh ke atas lensa dan dipusatkan pada titik di belakang
lensa di bagian dalam mata.
Akan tetapi, mata yang dimiliki oleh
makhluk lain bekerja dengan cara yang berbeda. Sebagai contoh adalah udang laut
(jenis lobster). Mata seekor udang laut bekerja atas dasar pemantulan, bukan
pembiasan.
Ciri yang paling menonjol pada mata udang
laut adalah permukaannya, yang terdiri atas banyak kotak persegi. Sebagaimana yang terlihat pada gambar di halaman
berikutnya, kotak-kotak tersebut ditempatkan dengan begitu tepat.
Mata udang laut
memperlihatkan bangun ruang yang istimewa yang tidak ditemukan di tempat lain
di alam – mata itu memiliki mata-mata majemuk yang amat kecil yang berbentuk
persegi dengan sempurna, sehingga “menyerupai kertas gambar yang sempurna.”2
Kotak-kotak persegi yang tersusun rapi itu
sebenarnya merupakan ujung dari tabung persegi yang amat kecil yang membentuk
suatu bangun menyerupai sarang madu. Sekilas, sarang madu terlihat tersusun
atas bentuk segi enam, meskipun bentuk ini sebenarnya adalah sisi depan prisma
segi enam. Di dalam mata udang laut, terdapat kotak-kotak persegi di tempat
segi enam tersebut.
Lebih mengherankan lagi adalah karena
sisi-sisi setiap tabung-tabung persegi ini seakan cermin-cermin yang
memantulkan cahaya yang datang. Cahaya pantulan tersebut dipusatkan ke retina
secara sempurna. Sisi-sisi tabung di dalam mata tersebut berada pada sudut yang
sempurna sehingga semuanya terpusat pada satu titik tunggal.3
Sifat rancangan yang luar biasa dari
sistem ini sangat tak terbantahkan. Seluruh tabung persegi yang sempurna ini
memiliki suatu lapisan yang kerjanya seperti cermin. Lebih dari itu, tiap-tiap
sel tersebut ditempatkan dengan menggunakan aturan bangun ruang yang begitu
tepat sehingga seluruhnya memusatkan cahaya pada satu titik tunggal.
Jelaslah sudah bahwa rancangan pada mata
udang laut menimbulkan kesulitan besar bagi teori evolusi. Yang terpenting, mata
ini membuktikan pandangan kerumitan tak tersederhanakan. Jika salah satu
bagiannya (seperti bagian mata majemuk dari mata tersebut, yang berbentuk
persegi sempurna, sisi cermin di tiap satuannya, atau lapisan retina di
belakangnya) dihilangkan, maka mata tidak akan pernah dapat bekerja. Oleh sebab
itu, mustahil beranggapan bahwa mata ini berevolusi setahap-demi setahap. Tidak
dapat dibenarkan secara ilmiah jika berpendapat bahwa rancangan yang sempurna
seperti ini dapat muncul secara kebetulan. Sangat jelas bahwa mata udang laut
diciptakan sebagai sebuah sistem yang menakjubkan.
Kita dapat menemukan lebih lanjut
ciri-ciri mata udang laut yang menihilkan penilaian para evolusionis. Suatu
kenyataan menarik muncul ketika kita mengamati makhluk-makhluk dengan struktur
mata yang serupa. Mata yang memantulkan, yang salah satu contohnya adalah mata
udang laut, hanya ditemukan pada sekelompok Crustacea (hewan air
bercangkang), dekapoda yang berbadan panjang.
Keluarga ini meliputi udang laut lobster, udang laut kecil berperut besar, dan udang laut
kecil kurus.
Anggota lain dari kelas Crustacea
menunjukkan “bentuk mata jenis pembiasan,” yang bekerja dengan cara yang sangat
berbeda dibandingkan anggota dengan jenis mata pemantulan. Di sini, mata
terbentuk atas ratusan sel seperti sarang lebah. Tidak seperti sel-sel persegi
pada mata udang laut, sel-sel tersebut berbentuk segi enam atau bulat. Lebih
jauh lagi, bukan memantulkan cahaya, lensa-lensa kecil di dalam sel justru
membiaskan cahaya ke atas titik pusat pada retina.
Sebagian besar anggota kelas Crustacea
memiliki bentuk mata pembiasan. Sebaliknya, hanya satu kelompok dari Crustacea,
yakni dekapoda berbadan panjang, yang memiliki mata pemantul. Menurut anggapan
para evolusionis, seluruh makhluk dalam kelas Crustacea harus berevolusi
dari nenek moyang yang sama. Karena itulah, para evolusionis menyatakan bahwa
mata pemantul berevolusi dari suatu mata pembias yang jauh lebih lazim di
antara anggota Crustacea dan dengan rancangan yang pada dasarnya lebih
sederhana.
Padahal, alasan-alasan semacam itu
mustahil, karena kedua bentuk mata ini bekerja secara sempurna di dalam
sistemnya masing-masing dan tidak ada ruang untuk tahap “peralihan.” Suatu Crustacea
akan menjadi buta dan akhirnya hilang karena seleksi alam jika lensa
pembias di dalam matanya menyusut dan digantikan oleh permukaan cermin
pemantul.
Oleh sebab itu, pastilah kedua bentuk mata
ini telah dirancang dan diciptakan secara terpisah. Terdapat ketepatan bangun
ruang yang luar biasa di dalam mata-mata tersebut, sehingga usaha mendukung
kemungkinan “kejadian kebetulan” hanyalah lelucon belaka. Sebagaimana pada
keajaiban penciptaan lainnya, bentuk mata udang laut merupakan suatu bukti
nyata akan kekuasaan tak terbatas Sang Pencipta untuk menciptakan dengan
sempurna. Ini tak lain dari perwujudan ilmu Allah, kebijaksanaan, dan
keagungan-Nya yang tanpa batas. Kita bisa menyaksikan keajaiban seperti ini,
tak peduli apa pun yang kita teliti di dunia penciptaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar